Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 24 Agustus 2014

PERJUANGAN BERSENJATA RAKYAT INDONESIA TERHADAP JEPANG

PERJUANGAN BERSENJATA RAKYAT INDONESIA TERHADAP  JEPANG

1.       PERISTIWA COT PLIENG ACEH
               Tokoh: Teungku Abdul Jalil
               Tempat:  Cot Plieng Lok Seumawe
               Tanggal : 10 November 1942

                Pemberontakan dipimpin oleh seorang ulama muda teungku Abdul Jalil. Seorang guru mengaji di Cot Plieng Lok seumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga   Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat subuh Dengan persenjataan sederhana/ seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan jepang untuk kembali ke Lokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat.
Baru pada serangan terakhir/ketiga, Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan,  yaitu Teuku Abdul Jalil berhasi meloloskan diri dari kepungan musuh. Namun akhirnya tertembak saat sedang sholat.


2.       PERISTIWA SINGAPARNA
Tokoh:  K.H Zainal Mustafa
Tempat:Pesantren Sukamanah Jawa Barat (Singaparna)
Tahun 1943

Perlawanan fisik ini terjadi di Pesantren Sukamanah Jawa Barat (Singaparna)  dibawah pipmpinan KH Zainal Mustafa, pada tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei.  Yaitu member penghormatan terhadap Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan kea rah matahari terbit. Perbuatan ini menyinggung perasaan umat islam di Indonesia karena termasuk dalam perbuatan syirik/ menyekutukan tuhan. Selain itu beliaupun Tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa. Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zaenal Mustafa, telah mempersiapkanpara santrinya yang telah dibekali ilmu bela diri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasik Malaya.
        Jepang memuituskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Pebruari, 1944, Terjadilah pertempuran sengit antara  rakyat deengan pasukan Jepang setelah sholat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun  KH. Zaenal Mustafa  berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasik Malaya kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.


3.       Peristiwa Indramayu
Tokoh: Haji Madriyan
Tempat: Desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu
April, 1944
Peristiwa ini disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi atau kerja paksa atau Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan kawannya di desa karang Ampel, sidang Kabupaten Indramayu.Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat dikedua wilayah ( Lohbener dan Sidang) agar daerah lain  tidak ikut memberontak setelah mengetahui kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan. 


4.       Pemberontakan Teuku Hamid
Tokoh: Teuku Hamid
Tempat: Aceh, Kabupaten Berenaih.
Nopember 1944

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satui pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan Nopember 1944. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
        Didaerah aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat, seperti di kabupaten Barenaih yang dipimpin oleh kepala kampong dan dibantu oleh satu regu Giyugun (Perwira Tentara Sukarela), Namun semua berakhir dengan kondisi yang sama, yaitu berhasil ditumpas oleh militer Jepang dengan sangat kejam.


5.       PEMBERONTAKAN PETA
a.       Perlawanan PETA di Blitar
Tokoh : Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail
Tempat : Blitar
Tanggal 29 Pebruari 1945

Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat tersebut. Juga dikarenakan para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit Indonesia. Perlawanan ini adalah perlawanan militer terbesar di Jawa. Akan tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui colonel Katagiri (komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan berpura- pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati, sedang 3 lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan syodanco Supriadi  berhasil meloloskan diri.
b.      Perlawanan PETA di  Meureudu
Tokoh:  Perwira Giyugun T. Hamid.
Tempat: Meureudu, Aceh
Nopember 1944

Latar Belakang perlawanan ini dikarenakan sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit pada khususnya.

c.       Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Budanco) Kusaeri bersama rekan – rekannya. Direncanakan mulai tanggal 21 April 1945 diketahui oleh Jepang, sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945 dan divonis hukuman mati. Akan tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh sekutu.


6.       PERLAWANAN  PANG SUMA
 Perlawanan ini dipimpin oleh Pang Suma dan meletus di Kalimantan Selatan. Pang Suma adalah pemimpin sukku Dayak yang besar pengaruhnya dikalangan suku – suku  didaerah Tayan dan Meliau.  Bersifat Gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan.

Diawali oleh pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang.  Satu diantara sekitar 130 tenaga kerja di perusahaan kayu Jepang.  Kejadian ini kemudian memulai berbagai perlawanan yang mencapai  puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yangdikenal sebagai perang Majang Desa. Yang berlangsung dari bulan April  hingga Agustus 1944 di daerah Tayan, Meliau, Batang, Tarang ( Kab. Sanggau). Sekitar 600 Pejuang dibunuh oleh Jepang, Termasuk Pang Suma.


7.       PERLAWANAN KORERI DI BIAK

 Dipimpin Oleh  L. Rumkorem, Pimpinan gerakan “KORERI” yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilaras belakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan seperti budak belian. Dipukul dan dianiaya. Meskipun banyak rakyat  yang gugur, namun karena kegigihan mereka, Jepang berhasil dipukul mundur meninggalkan Pulau Biak.


8.       PERLAWANAN DI PULAU YAPEN SELATAN

Dipimpin oleh Nimrot. Ketika sekutu sudah mendekat maka member bantuan senjata kepada pejuang, sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang, untuk menakut – nakut i rakyat. Akan tetapi rakyat tidak gentar, dan muncullah seorang pemimpin gerilya, yakni S. Papare.


9.       PERLAWANAN DI TANAH BESAR PAPUA
 Dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan ini terjadi kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup sekutu, sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari sekutu.

10.   GERAKAN BAWAH TANAH
Perjuangan bawah tanah pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa yang bekerja di instansi pemerintahan Jepang, berpura – pura sebagai pegawai, namun sesungguhnya mereka menghimpun dan mempersatukan rakyat  untuk berjuang mencapai kemerdekaan.
a.       Kelompok Sukarni
Sukarni bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama Moh. Yamin. Gerakan ini dilaukan dengan menghimpun orang- oreang yang berjiwa revolusione, menyebarkan cita – cita kemerdekaan,  dan membungkam kebohongan yang dilakukan oleh Jepang. Kelompok Sukarni mendirikan asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia. Di dalam asrama ini, tokoh perjuangan lain seperti IR. Soekarno,  Drs. Moh. Hatta,  Mr. Ahmad Subarjo, Dan Mr. Sunaryo mendidik para Pemuda dengan pengetahuian umum dan masalah Politik.
b.      Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo menjabat sebagai kepala Biro riset Kaigun Bukanfu( Kantor Perhubungan Angkatan Laut) di Jakarta. Beliau berusaha menghimpun tokoh bangsa yang bekerja di Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Angkatan laut inilah, maka angkatan laut berhasil mendirikan asrama pemuda dengan nama Asrama Indonesia Merdeka yang mendidik para pemuda untuk tentang jiwa nasionalisme yang tinggi.

c.       Kelompok Sutan Sjahrir
Kelompok ini berjuang diam diam dengan menghimpun  mantan teman dan anggota organisasi zaman Hindia- Belanda. Beliau menjalin hubungan dengan para pemimpin  bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Beliau member pelajaran di asrama Indonesia Merdeka milik angkatan Laut Jepang (Kaigun) nersama dengan IR. Soekarno, Drs. Moh Hatta , ahmad Subarjo dan Iwa Kususma Sumantri.

d.      Kelompok Pemuda
Kelompok ini pada masa pendudukan Jepang mendapat perhatian khusus sebab akan digunakan untuk menjalankan kepentingan Jepang. Pemerintahan militer Jepang menanamkan pengaruhnya melalui kursus-kursus dan lembaga lembaga pendidikan. Seperti kursus di asrama  Angkatan Baru Indonesia, yang didirikan oleh angkatan Laut Jepang. Akan tetapi, para pemuda Indonesia tidak mudah termakan oleh propaganda Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, di Jakarta ada dua kelompok pemuda, yang aktif berjuang yang terhimpun dalam Ika Gaigakhu (Sekolah Tinggi Kedokteran) , dan Badan Permusyawaratan atau perwakilan pelajar Indonesia (BAPEPPI). Organisasi inilah yang aktif berjuang bersama kelompok yang lain. Tokoh Tokohnya antara lain Johan Nur, Eri Sadewa, E.A. Ratulangi, dan Syarif Tayeb.




sumber:         Catatan Materi Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI-IPS semester Genap. disusun oleh : Ahmad                      Shodiq, S.Ag.,S.pd
                     Sejarah untuk SMA/MA  Kelas XI Program IPS. oleh: Dwi Ari Listiyani (bse book)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

I love geografi, Bahasa Indonesia(sastra), english, memasak, dan musik